Rahmat Bagi Alam Semesta

Di dalam surat Al-Anbiyaa’ yang teramat mulia itu terdapat sebuah ayat, tepatnya ayat 107 yang selama ini senantiasa menjadi obsesi saya untuk memahami lebih jauh tentang makna dan pesan-pesan yang terkandung di dalamnya. Seringkali penafsiran serta pembahasan yang saya dengar di pengajian dan ceramah agama terbatas pada penafsiran harfiah sehingga selalu menyisakan berbagai pertanyaan di dalam hati saya.
Pesan kuat yang saya tangkap pada ayat yang satu ini adalah petunjuk Allah bahwa di semua tempat dan bagi semua umat manusia, Rasul adalah rahmat, berkah dan kasih-sayang. Dengan begitu, tak lagi dibutuhkan nabi susulan sebagaimana diisyaratkan ayat di atas, ”rahmatan lil’aalamiin,” kasih dan sayang bagi seluruh alam.

Statement ini memuat sebuah makna bahwa seluruh umat manusia di dunia, baik mereka yang beriman kepada Allah atau tidak, keseluruhannya berada di dalam naungan rahmat, karena Rasul adalah pembawa misi agama yang merupakan sumber kebenaran dari segala-galanya. Bahkan, Rasul juga berperan sebagai rahmatan bagi para malaikat. Disebutkan dalam sebuah tradisi, malaikat Jibriel mengakui kepada Rasul, bahwa ia pun tercakup dalam misi rahmatan yang diembannya. Betapa luhurnya!

Konon, terdapat sebuah kisah menarik yang menjadi suatu bukti pembenaran tentang rahmatan menyeluruh yang dibawa Rasul ini. Dikisahkan, ketika ayat ini turun, Rasul bertanya kepada Jibriel, ”Apakah ada suatu bagian dari rahmat ini yang dapatmencapaimu?” Jibriel pun kemudian menjawab,”Ya. Ketahuilah bahwa selama ini aku selalu merasa takut dan gusar terhadap akhir perjalanan hidupku. Namun, setelah ini, aku pun menjadi pasti dengan adanya jaminan Allah: Jibriel berada di posisi yang tinggi bersama Allah, Sang pencipta Arsy.”

Kalau kita perhatikan dengan lebih seksama, konsep ”rahmatan lil’aalamiin” lebih terasa peranannya ketika dunia dilanda berbagai macam krisis. Korupsi dan ketidak-adilan terjadi di mana-mana. Manusia semakin jauh dari ketaatan. Api peperangan berkobar di banyak tempat. Ketidak-pedulian, despotisme dan diskriminasi menjadi hal yang biasa saja. Di saat-saat seperti inilah konsep Rasul sebagai pembawa misi kasih-sayang bagi seluruh alam-semesta menjadi semakin jelas adanya. Kasih-sayang manakah yang lebih tinggi dari kasih-sayang yang program dan penerapannya ternyata dapat mengakhiri bermacam kegagalan, penderitaan serta kejatuhan martabat umat?

Perintah dan petunjuk-petunjuk Rasul, program yamg diembannya, setiap tingkah-laku dan kepribadiannya, semuanya sarat dengan ”rahmatan.” Sementara itu, proses kelanjutan dari semua ini akan mengarah kepada kebenaran di seluruh muka bumi. Inilah misi terbesar yang dibawa Rasul, yang tak seorang pun sebelum atau sesudahnya memperoleh kepercayaan sebesar dan semulya itu dari langit.
”Dan tidak lah Kami mengutusmu kecuali sebagai pembawa rahmat bagi seluruh alam-semesta.”

Di dalam bahasa Arab, kata ”’aalamiin” (seluruh alam-semesta) mengandung pengertian yang sangat luas. Demikian luasnya pengertian kata ini sehingga konsepnya meliputi seluruh umat manusia di segala zaman dan era. Demikian itulah sehingga ayat yang luhur ini dianggap sebagai petunjuk kenabian.

Diutusnya Nabi Muhammad ke muka bumi dengan membawa agama Allah ini tidak lain ditujukan agar manusia berbahagia di dunia dan di akhirat. Orang-orang yang beriman dan mengikuti petunjuk agama ini dijanjikan rahmat dari Allah berupa rizki dan karunia di dunia serta surga kelak di akhirat. Ada pun mereka yang tidak beriman tetap pula memperoleh bagian dari rahmat ini karena dengan cara yang tidak langsung mereka mengikuti sebagian dari ajaran agama ini, sehingga mereka pun memperoleh kebahagiaan di dunia.
Sejarah kemanusiaan menunjukkan bahwa Islam berusaha keras menghapuskan perbudakan dan penindasan. Adanya perbudakan ketika itu hanyalah sebagai penyeimbang saja. Begitu pula dengan prinsip musyawarah yang ternyata lebih tinggi nilainya dari prinsip demokrasi yang selama ini diagung-agungkan. Perbaikan kedudukan wanita serta pengakuan hak-hak yatim-piatu, perhatian terhadap fakir-miskin, jihad memerangi kebodohan dan kemiskinan, semuanya diajarkan oleh Al-Qur’an dan hadits. Semua nilai luhur ini senantiasa  membawa rahmat bagi seluruh umat manusia, meski banyak orang yang mengingkarinya.....! – Kholidil Amin

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.