Pesawat TNI Kecelakaan lagi ? dan BPLS Mempunyai Tanggungan 700 M?

Pesawat TNI Kecelakaan Lagi ? Dan BPLS Mempunyai Tanggungan 700 M?


A.  Pendahuluan, Tujuan, Manfaat, Cara Mencapai Tujuan
Organisasi tidak akan pernah lepas dari isu. Isu akan selalu ada dalam perkembangan organisasi. Harrison menjelaskan bawha isu adalah berbagai perkembangan, biasanya di dalam arena publik, yang dika berlanjut, dapat secara signifikan memengaruhi operasional atau kepentingan jangka panjang dari organisasi (dalam Kriyantono, 2015). Isu ada karena adanya gap antara aktivitas organisasi dan harapan publik. Publik memiliki harapan-harapan yang ingin dipenuhi oleh organisasi dengan aktivitasnya adalah hal yang wajar. Misalnya publik ingin organisasi memperhatikan kesejahteraan publiknya, public ingin hak-hak sebagai publik dari organisasi dipenuhi oleh organisasinya, dan publik ingin bahwa organisasinya berjalan dengan baik.
Dari paparan di atas, penulis akan menganalisis mengenai krisis yang dialami TNI dan Lapindo yang dalam hal ini ditangani oleh BPLS. Penulis menganalisi isu da krisis seperti apa yang menimpa kedua organisasi ini. Hasil analisis ini harapannya dapat menjadi bahan bacaan untuk pengayaan pengetahuan terkait jenis isu dan krisis yang dialami perusahaan dan harapannya menjadi pemicu organisasi untuk selalu melihat isu dan krisis berdasarkan teori dan tidak asal bergerak dalam menyelesaikan isu dan krisis. Oleh karena itulah, penulis menganalisis kejadian yang menimpa TNI dan Lapindo ini berdasarkan konsep-konsep dan teori-teori public relations agar nantinya hasil analisis based on theory dan akhirnya dapat memperkaya pengetahuan yang membacanya.

B.  Deskripsi Kasus
Pada hari rabu, 15 maret 2017. Pesawat F-60 milik TNI terbalik di Pekanbaru. Berdasarkan penjelasan dari pihak TNI, pesawat terbalik karena rem yang tidak berfungsi. Kasus ini tidak menjadi kasus kecelakaan pertama pesawat TNI, karena sebelumnya juga beberapa kali terjadi seperti jatuhnya pesawat Hercules di Malang.
Kemudian tentang BPLS memiliki tanggungan 700 Miliar, hal ini muncul setelah dikeluarkannya keputusan presiden yang memutuskan untuk membubarkan BPLS dan diganti oleh PPLS. Pembubaran BPLS ini pada akhirnya memunculkan pertanyaan dari pihak publik, bagaimana nasib ganti rugi, karena mengingat BPLS masih memiliki tanggungan yang diperkirakan sebesar 700 Miliar

C. Analisis Kasus Jatuhnya Pesawat F60 dan Kasus Tanggungan BPLS Sebesar 700 M Berdasarkan Teori Isu dan Krisis
Menurut Hainsworsth dan Meng (dalam Kriyantono, 2015) menyebutkan tahapan-tahapan isu meliputi empat tahap, antara lain: tahap origin, tahap mediation dan amplification, tahap organization, tahap resolution. Dalam hal ini terkait kasus tanggungan BPLS sebesar 700 M  dapat dikatakan masuk pada tahapan isu resolution. Tahap ini menjabarkan bahwa perusahaan atau organisasi dianggap telah dapat mengatasi isu sehingga pemberitaan dan perhatian masyarakat juga menurun. Sehingga dapat diasumsikan bahwa masalah tersebut telah selesai sampai suatu saat muncul kembali dengan persoalan baru namun masih memiliki keterkaitan. Dari penjelasan ini dapat ditarik benang merah, kasus luapan lumpur lapindo di sidoarjo merupakan kasus sudah lama dan bertahun-tahun, namun sampai saat ini masih terus berlanjut. Dan dampak luapan lumpur masih terus dirasakan oleh penduduk yang terdampak karena belum tergantinya ganti rugi. Isu di PT Minarak Lapindo dan BPLS selalu berkembang dan berpotensi muncul ke permukaan publik, meskipun memang terlihat baik-baik saja karena minimnya pemberitaan media. Namun, setiap kali mendekati peringatan tahunn luapan lumpur Lapindo selalu muncul berita di media terkait hal-hal yang belum terselesaikan sehingga isu yang ada muncul ke permukaan dan menjadi krisis. Seperti yang saat ini terjadi, pasca dibubarkannya BPLS oleh Presiden Jokowi dan ternyata BPLS masih memiliki tanggungan ganti rugi.
Kemudian untuk kasus kecelakaan pesawat F60 milik TNI. Berdasarkan penjelasan dari pihak TNI bahwa kecelakaan terbaliknya pesawat F-60 akibat rem yang tidak berfungsi dengan baik. Jika didasarkan ada penjelasan pihak TNI maka bisa digolongkan bahwa kluster krisisnya adalah krisis teknologi. Krisis teknologi adalah krisis yang disebabkan oleh kesalahan penggunaan teknologi tertentu dalam operasional organisasi (Kriyantono, 2015), berdasarkan hal tersebut jelas bahwa kecelakaan pesawat yang menimbulkan krisis disebabkan oleh teknologi yang kuran baik. Namun, jika dilihat lebih jauh lagi, setiap krisis bisa diprediksi dan diperkirakan dengan melihat-melihat gejala-gejala yang ada dan situasi yang ada atau dalam istilah konsepnya disebut dengan prodromal. Prodromal disebut juga warning stage, karena pada tahap ini muncul gejala-gejala yang harus segera diatasi dan terkadang organisasi tidak bisa membaca ini dan menganggap tidak ada permasalahan (Suharyanti & Sutawidjaya, 2013). Berdasarkan hal ini tentu dari pihak TNI harusnya mengetahui gejala-gejala yang memungkinkan terjadinya krisis sehingga bisa diatasi dan tidak terjadi.

DAFTAR PUSTAKA
Kriyantono, R. (2015). Public relations & crisis management: pendekatan critical public relations etnografi ktitis & kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Suharyanti,. & Sutawidjaya, A.H. (2013). Analisis krisis pada organisasi berdasarkan model anatomi krisis dan perspektif public relations. Journal Communication Spectrum, 2(2), 165-185.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.